Selasa, 20 Juli 2010

Kudeta Mekkah, sejarah yang tak terlupakan




Pertama kali lihat buku ini nampang di gramedia, aku langsung terkejut. Pertanyaan pertama yang langsung terbersit, apakah BENAR pernah terjadi peristiwa penting di dalam kota suci? Jangan-jangan, buku ini hanyalah sebuah novel sejarah seperti kebanyakan buku lainnya. Ternyata tidak, buku ini tercipta dari hasil wawancara terhadap mereka yang terlibat langsung dalam kejadian tersebut. Bahwa telah dilakukan penelitian yang cukup lama sebelum akhirnya kemudian buku ini BERANI untuk diterbitkan. Buku ini di tulis oleh seorang jurnalis, Yaroslav Trofimov, kelahiran Ukraina yang saat ini menetap di Amerika Serikat dan bekerja sebagai koresponden luar negeri The Wall Street Journal. Dan buku ini, menjadi buku terbaik versi Barners and Noble Discover dan Book Sense.

Hmm....makin penasaran dengan isinya. Berikut sedikit prefiewnya.

Pada 20 november 1979, sebuah peristiwa besar terjadi di Mekkah. Sekelompok orang bersenjata pimpinan Juhaiman al-Utaibi menguasai kota Mekkah dengan embel-embel bahwa imam mahdi (dalam hal ini Muhammad Abdullah, karena memiliki tanda lahir laykanya imam mahdi) telah lahir. Hal ini dilakukan karena mereka merasa kalau pemerintah kerajaan Arab Saudi pada saat itu telah banyak berbuat kesalahan dengan bertindak korup, adanya modernisasi yang menyebabkan emansipasi wanita, diperdagangkannya rokok di dalam kerajaan, dan berbagai tindakan lainnya yang dinilai kebarat-baratan yang tentu saja hal ini sangat dicemaskan akan merusak keimanan umat islam.

Adalah Ibnu Baz seorang ulama buta yang sangat bersikap tegas terhadap perubahan perilaku kerajaan tersebut namun demikian Ibnu Baz juga tidak setuju jika Juhaiman dan pasukannya bertindak anarkis terlebih dengan menguasai Mekkah. Namun demikian, sikap ibnu Baz yang keras tersebut ditanggapi dingin oleh pihak kerajaan.

Dan senjata pun meletus di pelataran Mekkah, ketika para pasukan Juhaiman tidak mengindahkan para perwira dari kesatuan tentara kerajaan untuk menyerah. Terlebih pada saat itu, situasi di dalam masjid sendiri sedang dipadati pengunjung dari berbagai negara termasuk Indonesia. Peperangan pun pecah, dan korbanpun tak dapat dihindarkan baik dari kalangan Juhaiman, Tentara Kerajaan, bahkan Jamaah yang tidak mengetahui dengan pasti kekisruhan yang terjadi.

Berbagai spekulasi pun muncul dibalik tindakan Juhaiman yang nekat itu. Bahwa, tindakan mereka di dalangi oleh Amerika dan negara Zeonis lainnya (terlebih ternyata terdapat dua muallaf Amerika yang mejadi pasukan Juhaiman). Dan seolah tidak mau kehilangan momentum, Iran dan beberapa negara muslim lainnya pun beraksi dengan turun kejalan dan menyerbu kedutaan besar dan segala bangunan yang berbau Amerika. Sementara Amerika sendiri membantah, dan menyebutkan hal itu sebagai propaganda yang tidak masuk akal.

Keadaanpun mulai memanas, ketika wilayah timur arab saudi, pusat tambang minyak Arab Saudi yang mayoritas dihuni kaum minoritas Syiah, juga berontak mengusung isu kesamaan hak. Keadaan yang semakin chaos ini pun jelas memusingkan pihak kerajaan dan serba salah dalam meminta bantuan ke pihak luar terlebih ke negara non muslim seperti Amerika. Karena kota Mekkah sendiri adalah kota terlarang bagi mereka yang non-muslim. Sementara ada gengsi tersendiri ketika mereka harus meminta bantuan negara-negara arab lainnya misalnya Yordania. Bahwa, nenek moyang kerajaan Saudi Arabia terkenal sebagai petarung ulung yang kerap memberikan kekalahan telak kepada nenek moyang negara-negara arab lainnya termasuk Yordania. Sederhananya, bagaimana mungkin seorang jawara MAU meminta bantuan kepada orang yang pernah dia kalahkan?

Begitulah kepusingan yang melanda para petinggi kerajaan termasuk raja sendiri. Sementara Mekkah sendiri masih menjadi tempat yang nyaman bagi Juhaiman bersama pasukannya.

Bantuanpun datang diam-diam dari Perancis. Lewat tiga orang briliantnya, mereka memberikan kursus singkat kepada para tentara kerajaan yang mulai kehilangan semangat dalam menghadapi Juhaiman. Dan benar saja, setelah dua minggu berupaya menembus sniper yang ditempatkan Juhaiman di menara-menara masjid, pihak kerajaan mampu merebut sedikit demi sedikit bagian masjid yang sempat dikuasai Juhaiman. Menara masjid yang menjulang, lantai marmer yang mengkilap indah, lampu dan pendingin ruangan yang berharga mahal, karpet dan segala pernak pernik masjid, hancur porak poranda diterjang peluru dan misil. Bau anyir darah dari dua pihak bercampur dengan bau amis dari kencing dan kotoran para sandera. Diperparah lagi dengan asap dari gas kimia yang digunakan tentara kerajaan PLUS asap dari ban bekas serta karpet yang sengaja dibakar untuk menghalangi masuknya para tentara kerajaan. Praktis, Mekkah berubah menjadi tempat yang menyedihkan.

Sukurlah, kemudian Mekkah berhasil direbut kembali dan si Imam Mahdi gadungan tewas dihajar granat sementara Juhaiman dan pengikutya yang berhasil ditangkap hidup-hidup, dijatuhi hukuman mati dengan cara dipasung di depan umum. Hal ini biar menjadi pelajaran bagi mereka yang berniat ingin melakukan hal yang sama di suatu waktu, kilah pihak kerajaan. Sementara itu, pihak kerajaan pun mulai mau bersikap atas anjuran para ulama. Seluruh wanita yang bekerja di kantor bahkan dibeberapa gedung milik asing, dirumahkan. Tayangan TV dibersihkan dari gambar wanita.

Sementara itu, kabar direbutnya kembali Mekkah oleh pihak kerajaan jelas menjadi sesuatu yang berharga bagi Amerika. Betapa tidak, Amerika sempat dibuat ketar-ketir ketika mengetahui wilayah timur arab juga ikut bergolak, bahwa disanalah pusat perminyakan dunia berada. Dengan kacaunya kemanan di wilayah itu, jelas menghambat produksi minyak. Andai itu terjadi, maka negara-negara industri seperti Amerika akan menjadi seperti perokok pasif, lebih banyak ruginya ketimbang perokok aktif, kurang lebih analoginya seperti itu. Untuk itulah, maka terbitlah seruan bahwa “Setiap usaha pasukan luar guna mendapatkan kendali atas wilayah Teluk Persia akan dianggap sebagai serangan terhadap kepentingan Amerika Serikat, dan serangan tersebut akan dipukul mundur dengan cara apapun yang diperlukan termasuk pasukan militer”. Doktrin inilah yang disampaikan Presiden Carter pada Januari 1980 sekaligus menjadi landasan kebijakan luar negeri Amerika.

Sungguh, informasi dalam buku ini jelas membelalakkan mata terutama aku secara pribadi. Bahwa peristiwa desember kelabu di tahun 1970 sungguh menjadi kejadian maha dahsyat. Dan sangat sulit untuk menghapus memori itu meskipun beberapa kalangan berusaha untuk menutupinya. Dan buku ini, jelas menjadi sebuah informasi baru, betapa sebuah ajaran agama dengan mudahnya disalah tafsirkan; dipelintirkan demi kepentingan dan keuntunga pribadi atau golongan, bahwa perkataan ulama telah begitu dikesampingkan, bahwa keberadaan minyak di tanah Arab menjadikan negara-negara industri berpenghasilan luarbiasa ikut terseret kepentingan.

Bahwa Mekkah pun (ternyata) pernah bergejolak.

NB.info lengkapnya bisa di lihat di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar