Jumat, 30 April 2010

Hachiko Monogatari



Hachiko Monogatari. Film ini sungguh luar biasa! Baru pertama kali ini aku merasakan perasaan “cinta” terhadap seekor anjing. Mungkin kedengarannya konyol, tapi aku yakin, perasaan itu akan sama muncul ketika kalian telah menonton film ini.
Luar biasa! Tidak hentinya aku berdecak kagum pada kesetian seeokor anjing yang begitu setianya terhadap tuannya.

Film jepang ini berseting tahun 20an. Tersebutlah sebuah keluarga profesor yang memelihara seekor anjing bernama Matahachi dari daerah dingin Akita. Awalnya, sang istri menentang hal itu, karena tidak ingin merasakan sedih lagi sepeninggal anjingnya terdahulu. tapi kemudian luluh juga karena sang putri semata wayang juga antusias untuk memelihara seekor anjing lagi. Namun karena anak profesor tersebut menikah dan sibuk dengan urusan bayi dan suamniya, jadi sang profesor lah yang akhirnya turun tangan memelihara anjing tersebut hingga tumbuh menjadi anjing yang pertumbuhannya mengalahkan tubuh anjing-anjing di daerah setempat. Perlakuan sayang yang berlebihan yang diberikan sang profesor kepada anjingnya sempat membuat sang istri cemburu. Bagaimana tidak, kalau diluar aktifitasnya mengajar, sang profesor selalu melepaskan waktunya berdua bersama anjing tercinta. Mengajaknya berjalan-jalan, membersihkan badannya dari hama kutu, mandi bersama dalam bak air panas, sampai rela bedingin ria di lantai balkon sementara anjingnya diselimuti dengan kain tebal di atas sofa pada suatu hari tertentu ketika badai hebat datang menerjang daerah tempat tinggal sang profesor.

Awalnya hanya bermaksud untuk mengajak jalan-jalan anjingnya, tapi kemudian rutinitas itu berlanjut tiap hari. bahwa sang anjing kini tak ubahnya seperti sopir pribadi bagi sang profesor. tiap pagi dan petang, sang anjing setia menemani perjalanan sang profesor ke stasiun. di musim panas, musing gugur, hujan badai, bahkan saat salju turun dengan lebatnya, sang anjing setia mengantar dan menanti sang tuan di depan gerbang stasiun.

tapi kemudian tagedi itu terjadi, tuannya meninggal dunia karena serangan jantung. hidupnya pun ikut berubah. awalnya ia dititipkan ke kerabat terdekat, kemudian ke orang lain, lalu karena mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan, ahirnya sang anjing menggelandang di jalan. tubuhnya berubah menjadi kurus. bulu putihnya juga kotor tidak sebersih dulu lagi. sampai kemudian sang istri profesor berniat untuk mengambilnya lagi dan membawanya ke kampung halamannya di Wakayama, sebuah daerah hangat tepi pantai, sang anjing tetap tidak mau. ia lari dari penginapan tempat sang istri profesor nginap. MUNGKIN, sang anjing berpikir kalau istri sang profesor tersebut tidak bermaksud begitu karena berkali-kali ia telah dititipkan dari satu orang ke orang lain. atau...MUNGKIN juga sang anjing tidak ingin pergi jauh dari tuannya meskipun tuannya sudah tiada. Entahlah....yang pasti sang anjing tetap setia menanti tuannya di gerbang stasiun meskipun tuannya kali ini tidak akan mungkin datang lagi.

sepuluh tahun lebih sang anjing menjalankan rutinitas selayaknya tuannya masih hidup. menanti tiap pagi dan petang di depan gerbang stasiun. tubuhnya pun semakin kurus dan tidak terurus. sampai kemudian ia menemukan tuannya datang mendekatinya di depan gerbang pada suatu subuh yang beku. ia berlari menggonggong seperti ingin meluapkan kerinduannya kepada tuannya. ia melompat tinggi. semakin tinggi sampai kemudian tidak terasa kalau ternyata ia tidak lagi mampu untuk menapak tanah. ia meninggal dalam ruang yang beku berselimut salju. sementara jiwanya tetap hangat bersama ke arifan tuannya di sana, tempat indah penuh sinar matahari dan bunga sakura.

indowebster
Download Film
Subtitle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar